Jakarta Usai perhelatan Olimpiade 2024, Prancis menggekar Gauchoux Open International Competition Equestrian Archery di Gauchoux pada 21-24 Agustus 2024. Tim Muda Indonesia Equestrian Archery (IEA) meraih hasil membanggakan di ajang tersebut dengan merebut Juara Umum II.
Kompetisi ini digelar dibawah federasi dunia International Horseback Archery Federation (IHAA) yang berpusat di Prancis. Pesertanya 16 negara yakni Prancis, Belanda, Belgia, Indonesia, Brasil, Finlandia, Polandia, Inggris, Spanyol, Jerman, Afrika Selatan, Swis, Turkiye, Amerika, Irlandia dan Malasysia. Dengan 110 kompetitor.
Arum Nazlus Shobah, gadis belia dari MilBos Internasional berhasil meraih Juara Umum II Stars 2 dengan menyumbang Juara I kategori Tower 90 dan Juara I Raid 233.
Sedangkan Muhammad Fathan Chaidir meraih peringkat I pada Raid 233 Senior Stars 2. Adapun Zalma Salsabila Nayla meraih Peringkat II Tower90 Stars 2 dan pada European Open Kids Championship 2024, Danis Abdillah (12 thn) meraih Peringkat III pada Tower 60.
Tim Junior Indonesia juga diperkuat oleh Rayyan Abdul Karim yang meraih peringkat 4 dan Julio Salhuddin Siraj peringkat 8 umum.
Adapun pada kategori bintang 4 level tertinggi kompetisi dunia yang diikuti para pemegang rekor dunia saat ini, Arsa Wening berada di peringkat 9 dunia Tower 110 Stars 4 dan Asian Style Stars 4.
Arsa menjadi satu-satunya wakil Indonesia dan wakil Asia yang berada di 10 besar Stars 4 dunia untuk saat ini.
Manajer Tim Indonesia, Marliyus Ardianto mengatakan bahwa kompetisi di Prancis menjadi tolok ukur level panahan berkuda Indonesia di level dunia karena di Gauchoux Open International Competition ini para pemegang rekor dunia bertarung.
“Kami mendapatkan banyak apresiasi dari para master panahan berkuda dunia melihat level kader-kader muda Indonesia,” jelas Marlius yang membawa 7 kader muda IEA ke Perancis.
“Untuk level stars 2 dan stars 3 Indonesia bisa mendominasi papan atas dunia. Misi besar berikutnya meletakkan Indonesia di 3 besar stars 4 dunia yang memang berat karena ada kategori horseback archery eventing 2.000 meter dengan lintasan jumpingnya yang di Indonesia sulit kita pelajari karena keterbatasan lahan,” terang Marlius yang juga pembina IEA melalui telepon dari Prancis.